Senin, 24 Februari 2014

Bahasa Ibu Yang Hilang



BAHASA IBU YANG HILANG

Setiap orang pasti memiliki pengalaman yang hampir sama ketika mau mengingat hal-hal yang pernah terjadi dahulu di waktu kecil. Pengalaman apa itu ? adalah pengalaman bagaimana orang tua kita dulu sewaktu kita kecil memberikan beberapa pelajaran tata krama dan langsung dipraktikan, yaitu; ketika menerima tamu kerabat ayah yang bersilaturahmi kerumah. Ayah segera mengundang seluruh anggota keluarganya untuk turut menyambut  tamunya. Satu persatu anggota keluarga diperkenalkan kepada sang  tamu.

“Ayo beri salam kepada sahabat ayah”, pinta ayah kepada putra pertamanya. “ayo salim[1]”tangan ayah meraih kepala putra yang kedua dan ketiga sebagai ajakan untuk salim. “Ini anakku yang pertama, ini yang nomor dua, dan ini yang nomor tiga”, kata ayahku memperkenalkan kepada sang tamu. Kami pun bertatap muka dengan tamu tersebut.
Tak lama Ibu keluar dari kamar sambil menggendong adikku yang masih berumur 2 tahun, turut juga menyambut sang tamu. “Nah, ini anakku yang ke empat baru 2 tahun umurnya”, kata ayahku. Sang tamu pun mendekati dan mengelus-elus kapala adikku yang ke empat.

Kehangatan keluarga pun segera mencair  setelah sang aya memberi isyarat  kepada ibu untuk membawa anak-anaknya kembali ke ruang keluarga. Di ruang keluarga, kakak beradik keluarga tersebut dibagi tugas oleh sang ibu. Kakak pertama mengambil tugas mengantar minum. Karena telah diberi pelajaran oleh Ibu bagaimana cara mengantarkan minuman di ruang  tamu. Dengan sigap, Penampan[2] yang telah berisi beberapa gelas teh hangat manis itu segara di bawa. Dengan sikap tawadhu’, teh disuguhkan. “monggo, Pak”, sambil menunjuk ke teh, kakak mempersilahkan kepada tamu.

Sekilas pengalaman tersebut adalah hal yang sederhana. Tapi sebenarnya ini adalah budaya kita. Atau bisa kita sebut bahasa ibu. Di mana peran orang tua memberikan dan menanamkan nilai-nilai yang paling luhur. Ketika sang ayah memperkenalkan keluarganya kepada tamu. Maka di situ sebetulnya sang  ayah telah menanamkan nilai persahabatan, interaksi, rasa setia kawan, pengakuan sebagai anggota keluarga, termasuk nilai-nilai kerja sama. Kalau pinjam bahasa Abraham Maslow adalah sang ayah telah memberikan akan nilai kebutuhan social. Karena pada dasarnya setiap orang butuh akan dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota keluarga/kelompok, rasa setia kawan, kerja sama, persahabatan, interaksi.  Dan ketika bersalaman dengan cara salim, inipun merupakan nilai-nilai budaya ketimuran yang paling luhur. Semenjak kecil anak sudah diajari cara berkomunikasi yang menerapkan tatakrama. Mencium tangan orang yang lebih tua, lebih ‘alim, lebih waro’ adalah suatu ajaran yang sangat lekat dengan budaya bangsa Indonesia. Jauh sebelum bangsa ini yang kemudian lebih banyak memeluk agama Islam, telah mengajarkan dan memprkatikkan nilai-nilai tersebut.

Masih dipersoalan bahasa ibu, ketika sang ibu memberikan kepercayaan kepada anaknya mengantarkan minuman, dan ketika menyuguhkan, sang anak mengatakan ‘monggo’ kepada sang tamu. Maka sebenarnya dalam keluarga tersebut  telah memberikan akal budi kepada anak, yang menjunjung  nilai-nilai akan pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri (self actualization).  Di sini sang anak akan menemukan kemampuan memaksimalkan potensi diri karena kepercayaan yang diberikan oleh orang tuanya, walaupun sekedar mengantar minuman, dari kepercayaan tersebut juga akan memunculkan  beberapa kemampuan, bakat, kreativitas, ekspresi diri, prestasi dan lain-lain.

Sekarang ini bisa kita lihat, betapa nilai-nilai tersebut telah hilang entah kemana. Masyarakat kita banyak yang  tidak mempedulikan lagi. Coba amati fenomena yang  terjadi. Kira-kira kalau kita analogikan, sebuah partai itu adalah kepala keluarga, dan para calon legislatif itu adalah anak-anaknya. Kenyataannya yang kita lihat, banyak gambar yang dipajang, dari sekian banyak caleg, hanya mencantumkan salah satu nama ‘anaknya’ saja, padahal masih banyak kolom kosong, yang mungkin itu adalah nama-nama saudara ‘sekandung separtai’.

Dilihat dari persoalan yang sedang kita bahas adalah bahasa ibu, Pertanyaannya, kenapa ‘sang ayah’ tidak memperkenalkan semua anggota keluarganya kepada ‘tamunya’ (masyarakat yang akan memilih). Betapa naifnya ‘kepala keluarga’ , atau sang ‘anak’ yang cemburu dengan ‘kakak dan adik kandungnya’. Atau ‘anak’ yang serakah ?. Kenapa di dari dalam mereka sendiri sudah ditanamkan anti persatuan ?  apakah ‘sang Kepala Keluarga’ tidak membackup dana ? kenapa ‘anak-anak lari sendiri-sendiri, hingga kecapaian, bersandar ditembok-tembok tanpa ada permisi dengan yang empunya, hingga mereka bersandar di palting-palting yang rapuh tali ikatnya, hingga mereka bersandar apa saja yang bisa untuk bersandar. Apakah sang ‘kepala keluarga’ tidak sadar bahwa mereka akan menjadi ‘wakil rakyat’ yang terhormat? Apakah tidak sadar bahwa nanti melalui mereka, Negara ini akan berdaulat ?

Apa sebenarnya yang mereka cari ?

Masyarakat sudah tidak percaya, kenapa masih saja disuguhi dengan demokrasi yang menumbuhkan nilai-nilai anti persatuan, nilai perpecahan ? apakah Negara ini akan dijalankan oleh sang  ‘kepala keluarga dan anak’ yang kelakuannya demikian adanya ? pantas kalau Ibu Pertiwi sedang menangis. Karena bersusah hati. Melihat anak negeri yang sudah kehilangan budayanya sendiri. Budaya dari bahasa ibu sejati.


[1] Salim adalah sebuah budaya jawa dalam bentuk bersalaman dengan mencium tangan sebagai penghormatan kepada yang lebih tua
[2] Penampan adalah sejenis tempayan, biasanya digunakan untuk menaruh gelas yang akan disuguhkan kepada tamu.

30 komentar:

  1. menurut pendapat saya, saya setuju dengan pendapat bapak mengenai "bahasa ibu yang hilang" tersebut.
    pada dasarnya setiap anak pasti diajarkan oleh orang tuanya tentang norma-norma yang benar, tetapi seiring berjalannya waktu norma-norma itu sudah mulai hilang. bahkan budaya "salim" sendiri saat ini sudah mulai dilupakan oleh anak-anak jaman sekarang. tak jarang anak-anak jaman sekarang justru merasa malu ketika disuruh untuk "salim" kepada orang tuanya. tak menutup kemungkinan hal-hal inilah yang sedikit demi sedikit menggeser norma-norma yang ada. sungguh sangat ironi ketika budaya yang seharusnya kita junjung justru malah hilang termakan waktu.

    menyangkut pemilu tersebut, pada daerah saya sendiri setelah saya amati mayoritas diantara mereka hanya menampilkan foto(gambar) mereka sendiri pada kampanyenya. atau mungkin hal ini justru telah di "setting" oleh ayah(ketua partai mereka sendiri) agar hanya ada salah satu nama yang mereka andalkan untuk merebut simpatisan. wallahualam.

    BalasHapus
  2. Pada prinsipnya yang di sampaikan bapak benar adanya,Karna memang di kemudian hari pudar sudah pelajaran bahasa indonesia/bahasa jawa yang di pelajari dan di terapkan selama ini tentang sopan santun,Etika dan estetika. Seperti halnya Studing Party,pada hakekatnya itu mengacu pada kebudayaan barat,tapi kenapa warga indonesia justru meniru/membanggakan hal-hal yang bertolak belakang dengan norma-norma yang di terapkan di indonesia? padahal sudah jelas dedikasi dalam keluarga untuk bisa jaga diri atau jaga martabat keluarga sejak dari kecil. Apakah ini kedepan yang di banggakan warga indonesia khususnya anak-anak dan cucu keturunan kita nantinya.

    Seperti yang di sampaikan bapak sebelumnya,untuk bisa merebut kursi wakil rakyat mereka berupaya saling menghasut satu sama lainnya,itu jelas mencritrakan akal bulus mereka untuk bisa mencari simpatisan dari rakyat khususnya.dan tidak menutup kemungkinan hal-hal yang pastinya di janjikan olehnya,apakah nantinya janji-janji itu akan di penuhi? pastinya kita harus belajar lagi dari bahasa ibu yang sudah hilang selama ini tentang hakekatnya bersaudara,berkeluarga,dan persahabatan.

    Demikian pendapat saya tentang uraian bahasa ibu

    BalasHapus
  3. NAMA : MOH. ULUL ALBAB
    NIM : 2013313034
    KELAS : EKONOMI SYARIAH NON REGULER
    Mungkin memang semua warga negara indonesia sudah mulai ada putaran peradaban, tetapi peradaban yang semakin buruk dan buruk bukan semakin tambah maju. ketika kita lihat para CALEG yang sudah mulai hilang dengan bahasa ibu yang seperti tulisan bapak tersebut memang memilukan sekali dan kita sebagai rakyat merasa prihatin dan krisis kepercayaan dengan para calon wakil rakyat. tidak hanya bahasa ibu yang hilang tetapi etika berpolitik dan jiwa sang pemimpin sudah tidak ada. sekarang banyak para CALEG yang hanya berpendidikan SMA dan tidak mempunyai pengalaman berorganisasi, ataupun di ranah pemerintahan. kalau kita lihat dari para CALEG saja tidak ada yang berpendidikan dan berpengalaman serta tidak ada jiwa kepemimpinan apakah masyarakat bisa percaya dengan para wakil-wakilnya di parlemen. sekarang CALEG hanya modal uang dan janji bisa duduk di kursi parlemen sedangkan masih banyak orang yang mempunyai jiwa kepemimpinan dan pejuang sejati tanpa mengharapkan imbalan dan mementingkan rakyat yang belum bahkan tidak bisa berkesempatan dipilih para masyarakat hanya karena uang. seharusnya pemerintah lebih ketat lagi untuk menyeleksi para CALEG biar para wakil rakyat yang duduk di kursi parlemen memang pemimpin sejati dan persaingan politik bukan dengan uang tetapi kualitas. dan BAHASA IBU yang harus diutamakan dari masing-masing partai.

    BalasHapus
  4. NAMA : MOH. FAHMI MAHRUS
    NIM : 2013313009
    KELAS : EKONOMI SYARIAH NON REGULER

    Sikap rakyat yang apriori dan curiga terhadap para wakilnya di parlemen muncul karena citra lembaga DPR itu saat ini sudah sangat rendah. Rasa tidak percaya tersebut timbul karena akumulasi. Rakyat sudah sering kecewa atas tingkah polah sejumlah para wakilnya.
    Dalam hal fasilitas, misalnya, para wakil rakyat itu sering bersikap berlebihan sehingga kebanyakan berada di luar akal sehat. Itulah yang semakin membuat kredibilitas mereka tergerus. Para anggota dewan seharusnya bekerja ekstrakeras menjaga citra dan perilaku yang baik sebagai pejabat. Harus berkali-kali lipat lebih mawas untuk tidak terjebak dalam korupsi, perilaku kriminal, atau pelanggaran asusila. Tanggung jawab mereka sebagai teladan harus lebih berlipat dibanding pejabat karir, misalnya.
    Mengapa? Anggota DPR dan pejabat karir adalah dua hal yang berbeda. Pejabat karir meraih posisinya karena keterampilan dan profesionalitas yang dimiliki. Seorang Dirjen atau diplomat karir, contohnya, berhasil meraih jabatannya lebih karena kemampuan pribadi serta dirintis mulai bawah. Sementara itu, untuk para anggota DPR, kursi yang diduduki adalah amanah rakyat. Mereka meraih posisi tersebut karena mendapat kepercayaan dari rakyat.
    Karena itulah, rakyat begitu kecewa bila para wakilnya tersebut tidak bisa menjadi teladan. Apalagi bila korup dan melakukan perbuatan amoral. Bila masyarakat protes, melakukan kritik, atau bahkan mencaci maki anggota dewan yang tidak bisa menjadi teladan, itu bukan karena mereka terlalu ”rewel”. Tapi, rakyat sebagai konstituen memang berhak marah dan berhak kritis.

    mungkin itu saja pendapat dari saya.
    kurang lebihnya saya mohon maaf..

    sekian dan terima kasih.

    BalasHapus
  5. ulfatul mustafidah
    2013313032
    menurut pendapat saya bahasa ibu itu sudah punah dalam kehidupan sehari-hari kita. bahasa ibu sudah dilupakan begitu saja. bahasa ibu di anggap sepele dan menurut masyarakat bahasa ibu tidak pantas untuk di abadikan padahal bahasa ibu mengajarkan kita tentang arti sebuah kehidupan keluarga dimana kita mengerti satu sama lain.

    BalasHapus
  6. NAMA : EKO DIATUR ROHMAN
    NIM : 2013313018
    PRODI : EKONOMI SYARIAH (Non Reguler)

    Dari banyak hal yang di sampaikan oleh bapak mengenai “Bahasa Ibu Yang Hilang”, dalam hal ini saya sangat setuju dan memang benar adanya hal tersebut sudah tampak jelas dalam kehidupan sehari-hari.
    Dimana di era modern seperti saat ini banyak anak-anak yang menganggap sepele akan sebuah tata cara hidup yang sederhana dalam hal ini adalah keluarga. Banyak kita jumpai sekarang anak-anak yang selalu sibuk dengan hasil karya era modern saat ini seperti Handphone, Internet, PlayStation dan lain-lain. Jangankan menerapkan tata krama dalam menyambut tamu, menghargai dan melayani tamu, seperti dalam artikel tersebut yang amat sangat menanamkan nilai luhur budaya Indonesia, nilai dan norma-norma kehidupan, tata krama dalam hidup berkeluarga dan bermasyarakat, dari sekedar orang tua yang menyuruh kita untuk sedikit membantu beliau dalam melakukan aktivitas sering kali dengan mudahnya kita menyebut kata “ahhh....” sungguh itu merupakan cacian, makian, dan penghinaan kita terhadap orang tua kita sendiri yang sudah rela berkorban demi baiknya diri kita ini. Sungguh hal seperti demikian merupakan dosa yang sangat besar. Bukan saja bahasa ibu yang akan mulai menghilang dari kehidupan kita, tetapi apabila hal demikian masih tetap terjadi dan generasi muda saat ini kurang bisa menyadari betapa dari hal-hal kecil seperti bersama-sama atau bersatu dalam menyambut tamu, membuat dan menyuguhkan makanan atau minuman untuk tamu, sopan santun dan berbudi yang luhur terhadap sesama, norma dan nilai-nilai dalam keluarga dan masyarakat. Maka dapat dipastikan Indonesia kita tercinta ini akan banyak melahirkan generasi penerus yang tidak sungguh-sungguh dalam melaksanakan hak dan tanggung jawabnya, karena apapun itu calon-calon pemimpin kita di masa depan adalah generasi muda saat ini.

    Dalam musim atau periode “PEMILU” saat sekarang marilah kita lebih berpikir, lebih kritis dalam memilih wakil rakyat yang senantiasa dapat melaksanakan hak dan tanggung jawabnya dengan baik dan mampu melayani, mengayomi, serta dapat menampung, mendengar berbagai aspirasi kita yang kesemuanya adalah demi terwujudnya masyarakat yang maju, generasi penerus yang berakhlakul karimah.

    BalasHapus
  7. Nama : Lina Anggareni
    Nim. : 2013313033
    Kelas. : Ekos Non Reg Q

    Menurut pendapat saya argumen yang bapak buat tentang " bahasa ibu yang hilang" itu benar adanya walaupun belum sepenuhnya bahasa ibu yang hilang contohnya masih banyak orang yang mau mengucapkan "salam" ketika mereka berkunjung kerumah atau sekedar menyapa , Dijaman era globalisasi yang medern seperti ini tentu saja banyak pengaruh budaya asing yang masuk ke indonesia terutama sebagai negara yang terbilang masih berkembang . Bukan hanya budaya saja yang terpengaruh tetapai dari mulai cara berperilaku saja kita sudah mulai terpengaruh oleh budaya asing contoh kecil bahasa ibu yang hilang seperti yang dikatakan oleh bapak " salim " mungkin anak-anak muda jaman sekarang sudah enggan melakukan buadaya salim karena mereka merasa malu jika mereka sudah dewasa meraka akan dianggap masih kecil(anak-anak) .

    Mengenai tentang partai seperti yang saya amati dan saya melihat bahwa mereka belom menjujung tinggi bahasa ibu yang ada dengan brosur salah satu partai teretera hanya satu gambar anggota yang dicalonkan sebagai wakilnya .padahal mereka beranggotakan banyak .

    BalasHapus
  8. Assalamuallaikum wr.wb
    Terima kasih telah membuka pemikiran saya,ternyata "Bahasa Ibu" sudah hampir dilupakan.Tidak menutup kemungkina "Bahasa Ibu" ini akan musnah terganti budaya asing yang tidak baik.Apalagi teknologi sangat mendukung untuk dengan mudahnya budaya budaya asing masuk.
    Salah satu cara untuk melestarikan "Bahasa Ibu" yaitu melalui dunia pendidikan.

    Dunia politik juga seharusnya menerapkan "Bahasa Ibu" agar tidak terjadi perpecahan,yang hanya akan memperburuk keadaan Negeri kita ini.
    Wassalamuallikum wr.wb

    BalasHapus
  9. Nama: Choirunisah
    NIM : 2013313020

    Ternyata memang benar pak bahwa masyarakat sudah jarang menggunakan bahasa ibu bahkan sudah tidak menggunakannya lagi . dengan saya melihat para calon legislatif yang memasang spanduk sebagai ajang promosi kepada masyarakat dengan hanya mencantumkan nama dan nomornya sendiri tanpa menyertakan kader lain sesama partainya menunjukan dengan jelas bahwa bahasa ibu sudah tidak digunakan lagi.

    BalasHapus
  10. memanga benar bahasa ibu sekarang sudah terhapus dari kehidupan dan tak mempedulikan saudara-saudara yang lain.
    entah kemana norma-norma yang dr dulu telah diajarkan oleh orang tua kita dahulu
    bahkan partaipun sekarang sudang kehilangan jati dirinya

    BalasHapus
  11. NAMA : M.BURHANNUL KHAQ
    NIM : 2013313001
    KELAS : EKONOMI SYARIAH NON REGULER
    Assalamualaikum Wr.Wb
    Kondisi bahasa Ibu di Indonesia ini mengalami kemunduran, tergeser dengan budaya asing terutama budaya barat, anak-anak jaman sekarang ini cendrung budaya barat yg dilihatanya oleh telivisi. mereka seolah-olah malu budaya bahasa ibu. mereka berfikir bahasa ibu itu terlalu kuno, faktor ini lah disebabkan oleh teknologi yang semakin canggih dan pengaruh lingkungan.
    oleh sebab itu kita harus mempehatikan itu semua dengan cara memberikan pendidikan sejak dini, faktor orang tua disini sanagat sentral, dimana orang tua menjadi guru pertama yang dicontoh oleh anaknya, karena yang lakukan orang tua akan direkam selalu dalam pikiran anak tersebut, maka dari itu kita sebagai orang tua harus memberikan contoh prilaku yang baik yang kelak akan dicontoh oleh anak kita, dan tidak lupa juga orang tua memberikan arahan kepada anaknya
    untuk membedakan antara prilaku yang baik dan buruk. menjauhkan faktor buruk misal memberi batasan dan pengertian penggunakan teknologi canggih, kita harus mengawasi itu semua.
    maka dari itulah kita harus bersungguh-sungguh mendidik anak kita kelak yang akan menjadi penerus bangsa indonesia.



    Yang kedua saya akan menanggapi yang di sampaikan bapak sebelumnya masalah pemilu yang berkaitan tetang caleg . memang meraka tidak mencantumkan nama anggota caleg lainya walaupun masih dalam satu naungan Partai, itu sebenarnya sah-sah saja karena menurut saya anggota yang lain itu adalah kompetitor caleg itu sendiri. wajar-wajar saja kalau mereka tidak mencantumkan anggota caleg yang lain. karena mereka ingin menunjukan bahwa cuma ada satu pemimpin. dan dia yakin akan bisa menjadi pemimpin dan wakil rakyat. mereka berbondong-bondong untuk membuat karekter mereka sendiri agar dapat mendapat simpatik dari orang-orang.
    semoga saja mereka dapat memenuhi janji-janji mereka sendiri. dan kelak akan dipertanyakan pertanggung jawaban di akhirat

    Wassalamulaikum Wr.wb

    BalasHapus
  12. ketika dulu kita diajarkan oleh orang tua kita tentang norma-norma dalam kehidupan. saat itu kita sebagai anak kecil yang tak tau apa-apa pasti langsung menganggukan kepala sebagai isyarat "ya saya patuh kepadamu bu" namun sekarang yang terjadi ketika orang tua mengajarkan akan nilai-nilai moral. sering kita jumpai justru malah banya anak yang menganggapnya sepele.
    mungkin hal ini pula yang terjadi pada caleg-caleg saat ini. tak jarang dalam satu partaipun justru terjadi konflik yang dapat memalukan partainya sendiri.

    BalasHapus
  13. hilangnya bhs ibu merupakan dampak dr perubahan pola pikir masyarakat itu sendiri. pd umumnya masyarakat skrg lbh cpt menerima & menerapkan budaya asing dlm kehidupan sehari-hari. dimana kebudayaan asing yg masuk ke masyrakat kita skrg ini kebanyakan menyimpang dan jauh dr adat istiadat bangsa ini. jadi, masyarakat skrg khususnya bangsa indonesia lebih cpt menerima dan menyerap budaya asing dr pd harus mempertahankan atau melestarikan budayanya sendiri.

    BalasHapus
  14. iman bagus utama..
    terkikisnya bahasan ibu karena hilangnya sebuah pondasi yang melatar belakangi itu semua karena anak zaman sekarang selalu mengkomsumsi budaya budaya luar yang mereka anggap itu tren,pdahal itu fikiran yang rancu..
    ketika arus budaya asing telah membuat mental anak bangsa ini kian terpuruk justru mereka anggap itu budaya mereka yang ssungguhnya.
    cium tangan orang tua pun jadi gengsi,karena mereka rasa itu bukan budaya meraka.

    menurute kulo caleg niku "ngoyak dunyo".

    BalasHapus
  15. Nama : Arkhatama Syahputra
    Nim. : 2013313015

    Hilang nya bahasa ibu membuat masyarakat keindahan dunia yang merusak moral anak bangsa indonesia ,dengan meniru budaya budaya asing dan perlahan melenyapkan bahasa ibu, dan menenggelamkan adat istiadat bangsa indonesia yang menjujung tinggi kehormatan,keramahan,dan kebaikan atau bahasa ibu.

    BalasHapus
  16. Melihat fenomena yang ada di dunia politik Indonesia, bahwa ajaran budi pekerti luhur yang ada di masyarakat Indonesia pada umumnya dan di Jawa pada khususnya begitu banyak calon-calon wakil rakyat yang melupakan atau mengabaikan ajaran-ajaran dari leluhur tersebut yang seharusnya sudah mereka dapatkan sejak dini atau sejak berada dalam ruang lingkup keluarga.
    Salah satu diantaranya selain yang sudah Bapak sebutkan di atas dalam pembahasan Bahasa Ibu, yaitu cara menepati janji. Begitu banyak calon wakil rakyat yang lupa atau sengaja melupakan umbaran janjinya ketika mencalonkan diri dan tidak dijalankan ketika sudah duduk di kursi kepemimpinan. Dan dalam ajaran agama Islam pun mengajarkan untuk menepati janji. Begitu susahnya di zaman sekarang ini mencari caleg yang benar-benar amanah.

    Hilangnya Bahasa Ibu / ajaran budi pekerti di dalam diri para caleg, mungkin juga termasuk kita semua dikarenakan kita lebih memilih berkiblat pada budaya politik orang-orang barat bukan pada ajaran leluhur serta ajaran Islam.

    Seharusnya, para caleg dan pemimpin (sebelum dan sesudah terpilih) termasuk juga kita memiliki kesadaran untuk selalu memegang teguh ajaran-ajaran budi pekerti yang luhur.

    "Kullukum roo’in wa kullukum mas’ulun ‘an ro’iyyatihi”

    Handy Susilo : 2013313012

    BalasHapus
  17. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  18. saya akan mengomentari dari bahasa ibu itu:jika kita melakukan bahasa ibu kita akan mendapat keberkahan,karena kita masih mematuhi kedua orang tua kita.yang mungkin sudah punah adat bersalaman sama orang tua kita atau yang lain.
    birrulwalidain merupakan bagian dalam etika islam yang menunjukkan tindakan berbakti(berbuat baik kepada orang tua).yang mana berbakti kepada orang tua adalah wajib.

    BalasHapus
  19. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  20. Assalamu'alaikum wr.wb
    Menurut saya, apa yang disampaikan bapak mengenai "bahasa ibu yang hilang" itu memang benar, karena pada zaman yang semakin modern ini membuat orang menjadi lupa bahwa mereka telah diajarkan oleh orang tuanya bagaimana mempunyai budi pekerti yang baik, saling menghargai satu sama lain, tidak mementingkan diri sendiri. Oleh karena itu tidak sepantasnya jika sesama saudara dalam satu keluarga itu saling ingin menang sendiri, tidak mau mengakui saudaranya yang lain dalam keluarga tersebut. Kalau "bahasa ibu" tidak diterapkan pada peserta caleg mereka akan saling menang sendiri atau lebih mementingkan diri sendiri tujuanya agar ia mendapat suara rakyat terbanyak. Akibatnya ketika salah satu saudaranya yang lain terpilih menang (mendapat suara terbanyak) sedangkan ia sendiri mendapat suara terendah, akan timbul rasa iri yang dapat menimbulkan hilangnya rasa persatuan (persaudaraan).
    Setelah saya amati mengenai gambar caleg yang ditempelkan/dipasang di berbagai tempat ternyata kebanyakan mereka itu tidak mencantumkan nama saudaranya sekandung separtai, tetapi ada juga yang mencantumkan nama saudaranya sekandung separtai dalam/pada gambar yang besar (baliho) [jarang tetapi ada/nyata]. dan ada juga yang hanya mencantumkan nama saudaranya sekandung separtai pada contoh surat suara yang akan digunakan untuk mencoblos.
    Wassalamu'alaikum wr.wb

    Nama : MUCHAMMAD ANWARUL MASAALIK
    NIM : 2013313022
    Kelas : Q
    Prodi : Ekonomi Syariah
    Makul : Hadist Ekonomi

    BalasHapus
  21. NAMA : Al Hajat Mashitoh
    NIM : 2013313006


    Dalam gambar yang saya analisis tersebut, saya menemukan ada yang berbeda, dalam 1 poster Partai tersebut ada 2 caleg berbeda tetapi didalam naungan partai yang sama, sama-sama dari partai Demokrat,
    Namun yang gambar atas adalah Caleg DPR RI Jateng, sedangkan gambar bawah adalah Caleg DPRD Kabupaten Pekalongan, biarpun beda tingkatan, partai tersebut masih menggunakan Bahasa Ibu untuk mempromokan caleg-caleg dari partai tersebut secara bersamaan dalam 1 poster.
    Bahasa Ibu di poster-poster caleg masih saja banyak digunakan sampai sekarang

    BalasHapus
  22. NAMA: MIFAROH
    NIM : 2013313029





    KETERANGAN:
    Oponi saya: Saya menemukan 1 Partai PDI yang digambar itu terdapat 2 caleg dalam satu partai yang sama.
    yang satu menghilangkan nama saudaranya dan menonjolkan dirinya sendiri,sedangkan yang satunya lagi 1 naungan partai tapi nama saudaranya tertera semua,
    Ternyata bahasa ibu masih ada yang melestarikan.

    BalasHapus
  23. NAMA: Devi Ariyani
    NIM : 2013313002


    Pendapat saya: masih ada caleg yang menggunakan bahasa ibu, menurut saya tidak ada salahnya menonjolkan diri asal bahasa ibunya tetap terjaga, tapi tidak sedikit pulaa yang sudah tidak menggunakan bahasa ibu, seperti yang beberapa saya lihat diposter-poster partai dijalanan tersebut, jadi ada atau tidak nya bahasa ibu dalam kehidupan ini tidak jadi masalah

    BalasHapus
  24. Nama : Muhammad Riza Pahlafi
    NIM : 2013313019


    Satu hal yang perlu kita lihat dalam perpolitik di Indonesia sudah mendekati puncak kehancuran seperti bahasan bapak tentang bahasa ibu yang sudah hilang, karena suatu partai politik ingin menang sendiri tidak mengedepankan persatuan antar partai politik untuk memajukan Bangsa Indonesia, dengan hilangnya bahasa ibu para caleg sudah tidak tau malu dan tidak mempunyai harga diri dan martabat.

    seharusnya mereka lebih tau dan lebih faham tentang peraturan politik yang ada, tanpa harus menghancurkan keluarganya di partainya.

    BalasHapus
  25. NAMA : M.NUR KHAMDAN
    NIM :2013313010
    KELQS : EKONOMI SYARIAH NON REGULER

    Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa kancah dunia politik khususnya di negara Indonesia sangat kentara dengan upaya manipulasi dan kelicikan dari berbagai pihak. Walaupun saya kira tidak semuanya pelaku politik di Indonesia melakukan praktek perpolitikan yang sama. Namun, di sini saya mencoba memberikan kritikan terhadap kancah dunia perpolitikan negara kita, karena realitas menunjukkan bahwa politik di negara ini sudah sangat kentara dengan praktek politik yang tak beretika.
    Politik merupakan salah satu aspek yang sangat signifikan dalam keberlangsungan suatu negara. Baik – buruknya perkembangan suatu negara sangat tergantung pada sistem politik yang digunakan dan subjek atau pelaku dari sistem politik tersebut. Sering kali kita lihat, orang yang senantiasa menggebor-geborkan kemurnian berpolitik namun kenyataannya ia juga yang melakukan manipulasi purity dalam praktek berpolitik. Ini menunjukkan bahwa dalam kancah perpolitikan negara kita selalu ada- kawasan moralitas yang sangat sensitif-, sehingga sering kali para pelakunya tidak bisa bersikap konsisten terhadap tujuan atau prinsip yang dikukuhkan sebelumnya. Kini yang harus kita pertanyakan, adakah etika berpolitik yang harus kita pegang? Mungkin pertanyaan tersebut sering kali muncul dalam benak pikiran kita, di sini kita hanya bisa menilai dan menganalisa sejauh pengetahuan kita mengenai etika berpolitik di negara ini. Perihal etika berpolitik, saya kira perlu adanya pengkajian ulang terhadap hal ini, mengapa demikian?

    Karena permasalahan politik ini merupakan permasalahan yang signifikan yang solusinya mungkin takkan bisa kita temukan secara spontan, tapi perlu adanya pengkajian dan analisa yang lebih mendalam dan radikal dalam menyelesaikan permasalahan ini.

    BalasHapus
  26. NAMA : MUKTI MURYANTI
    NIIM;2013313021




    Menurut pendapat dimasa saat ini bahasa ibu sudah terpinggirkan. Para generasi muda kini lebih menggunakan bahasa gaul dari pada melestarikan bahsa gaul. Kini bahasa gaul sudah hampir tidak di gunakan lagi.
    Terasuk para caleg yang sudah tidak bisa melestarikan bahasa ibu. Mereka lebih menonjolkan diri masing-masing tanpa menunjukan kebersamaan dalam suatu partai
    Para caleg saling mementingkan visi dan misi masing2 dan ingin menonjolkan kelebihan masing2 antara caleg satu dengan calek yang lain. Didalam partai mungkin mereka bersatu untuk membentuk partai tapi di luar partai mereka saling menunjukan kelebihan masing2 untung mendapatkan simpati dari masyarakat untuk memilih mereka sebagai wakil rakyat. Sebenarnya tidak hanya di spanduk-spanduk yang terpampang di pinggir-pinggir jalan tetapi banyak hal lain yang para caleg lakukan seperti mengunjungi tempat-tempat untuk mendapatkan simpatik dari warga yang menjadi sasaran suatu daerah yang mereka datangi. Mereka mendatangi tempat-tempat yang menjadi sasaran kampanye selalu induvidu dari para caleg. Tidak pernah para caleg yang berada dalam satu partai melakukan kampanye bersama-sama.
    Yang menjadi pertanyaan mengapa mereka harus melakukan sendiri-sendiri?? Tidak kah lebih baik mereka lakukan bersama-sama untuk memeperkenalkan anggota caleg dari suatu partai polotik seperti ketika satu keluarga mengenalkan anggota keluarganya kepada orang lain. Para caleg melakukan itu sendiri karena mereka ingin terlihat lebih menonjol dan lebih dikenal oleh masyarakat agar nantinya masyarakat bisa memberikan suara hak pilihnya untuk mereka. Mereka ingin terlihat merekalah caleg yang terbaik dari oartai polotik yang dinaunginya.
    Seharusnya para caleg menunjukan kebersamaan ketila melakukan kampanye untuk menonjolkan sikap bahasa ibu.

    BalasHapus
  27. Nama ;Maulana Khamdan
    Nim : 2013313035
    Kelas : NR / Q
    Saya setuju dengan apa yang Bapak utarakan. Saat ini bila dilihat gambar calon legislatif(anak) yang terpasang dijalanan banyak meninggalkan atau melupakan bahasa Ibu yang mengajarkan tentang arti kekeluargaan, cinta, persatuan dan kesatuan. Banyak dari mereka(anak) justru lebih percaya diri mencantumkan atau mengenalkan gambar foto Tokoh yang sudah dikenal masyarakat(tamu) padahal mereka saudara jauh dari pada anggota keluarganya sendiri. Apakah orang tuanya yang tidak bisa mempercayai anaknya sendiri? Ataukah anaknya yang kurang percaya diri dengan keadaan dan keluarganya. Apa anaknya sendiri yang tidak yakin akan kemampuannya

    BalasHapus
  28. NAMA : MARATUS SHOLIHAH
    NIM : 2013313026
    subhanallah.......
    sungguh ini suatu pelajaran yang amat berarti untuk kita, atas fenomena yang ada
    Marilah kita saling muhasabah/intropeksi diri apakah nilai-nilai luhur bahasa ibu masih biasa kita terapkan dalam kehipupan kita sehari-hari atau kita telh melupakannya.
    Terimakasih pada Bapak Tubagus Surur untuk artikelnya sehingga membuka hati kita.

    BalasHapus
  29. NAMA : ANANG BERLIAN NAILUL MAULA
    NIM : 2013213005
    KELAS : L EKOS REGULER SORE

    Sungguh miris akan budaya bangsa yang kini telah rapuh dan semakin hilang. dimana kita bisa melihat salah satu fenomena yang sudah mulai dirasakan oleh kita semua " bahasa ibu yang hilang." ironi memang jika menelaah dan melihat fenomena ini di masyarakat kita sekarang. Dan kita sekarang bisa melihat bukan hanya bahasa "ketimuran" yang selama ini banyak melekat dimasyarakat mulai ditinggalkan,tapi juga dari berbagai segi kehidupan juga mulai kita bisa melihat pereonomian, bisnis, kehidupan sosial pun kita sudah banyak meninggalkan budaya indonesia. bahkan kita lebih rela disebut "keren" ketika kita bisa meniru apa yang diambil dari dunia luar yang notabenya hanya ingin merusak moral luhur yang selama ini kita jaga.
    dan sya sangat setuju tehadap apa yang telah ditulis oleh Pak Agus Surur. dan sebelum kita benar benar kehilangan budaya kita yang semakin hari semakin terkikis kita harus membudayakan lagi budaya-budaya "ketimuran." dan tidak usah malu melakukan itu, karena jika kita tidak menjaganya, siapa lagi yang akan menjaganya?

    BalasHapus
  30. NAMA:MIFTAH FARID ZAKI
    KELAS: A
    NIM:2014114015
    PRODI:HUKUM EKONOMI SYARIAH

    Menurut saya sekarang banyak anak muda yg tidak memahami bahasa ibu
    Padahal dengan perkembangan zaman seharusnya anak muda lebih peka terhadap bahasa ibu .
    Ibu adalah sesuatu yang luar biasa didunia ini,tak mungkin kita lahir di dunia tanpa seorang ibu
    Jadi semoga kita lebih bisa memahami bahasa ibu.

    BalasHapus